Jumat, 13 Maret 2015

Perintis DURIAN MENOREH hingga Regenerasi ke M-SEED ... ?

Sesuatu yang pada tahap awal ada kemungkinan dianggap atau dipandang sepele, dianggap remeh, sederhana, tidak punya arti, dapat membuat orang tercengang pada tahap-tahap berikutnya, yang adalah tahap pengembangan.



Salah satu contoh nyata adalah sesuatu (yang sederhana) yang telah dialami Petrus Sugito (43), seorang laki-laki yang dilahirkan di Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Jogjakarta,pada 19 Oktober 1956. Kampung itu terletak di daerah Perbukitan Menoreh, Dusun Promasan, Desa Bantaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo. 

Dalam suasana santai dan secara iseng, pada suatu hari Gito bertanya kepada seorang penjual buah: durian apa yang paling enak? Gito sangat terkejut waktu mendengar jawaban penjual buah, bahwa durian yang paling enak adalah Durian Menoreh. Betapa tidak? Gito adalah orang Menoreh, tetapi baru kali itu dia mendengar bahwa Durian Menoreh adalah durian paling enak. Kok dia tidak tahu?
Rasa penasaran Gito seketika bangkit dan terus membungkah. Apa benar Durian Menoreh adalah yang (paling) enak? “Kok saya baru dengar. Padahal, saya adalah orang Kalibawang di daerah Perbukitan Menoreh.”

Gito jadi rajin bertanya. Ternyata, kata orang, Durian Menoreh masih tumbuh liar di hutan. Belum terbudidayakan. Bagi Gito informasi itu adalah peluang yang sangat menjanjikan untuk membuka usaha. Durian enak, masih langka. Pasaran akan bagus, karenanya harus dibudidayakan.
Gito memulai perburuannya, berburu Durian Menoreh pada 1987. Dilakukan bersama Ruwet Subiyanti (49), istrinya, mulai dari Girimulyo lalu ke Kokap, Kalibawang, Samigalung, Pengasih, Nanggulan. Selama jangka waktu dua tahun, dari awal 1987 sampai awal 1989, Gito dan Ruwet sempat makan 700 durian. Hasilnya? Gito menemukan tiga jenis Durian Menoreh yang menurutnya paling enak. Ketiganya berasal dari Dusun Promasan dan Dusun Slanden di Desa Banjaroyo.
Langkah tindak lanjut Gito:
1. Menanam biji durian yang enak itu di halaman rumahnya.
2. Kepada warga setempat, antara lain Kasiyatun, Notopriyo dan 
Sukidal, Gito minta potongan tunas di batang pohon diindukkan yang sudah tumbuh besar.
Di samping itu ada keanehan yang sempat terjadi. Yang ditanam ketiga warga tersebut di atas, memiliki keunggulan berbeda:
a. Daging buah durian milik Kasiyatun, berwarna jingga.
b. Daging buah durian milik Notopriyo, tebal.
c. Danging buah durian milik sukidal berwarna kuning.
Pengalaman Gito membuktikan, bahwa menanam durian tidaklah semudah yang diduga atau dibayangkan atau disangka. Delapan puluh biji durian enak ditanam Gito. Tetapi, yang dapat tumbuh hanyalah enam.
Setelah dua minggu, keenam biji durian enak itu disambung dengan mata tunas pohon indukan. Ternyata tidak selalu berhasil. Diulang sampai tiga kali. Dengan cara sebagaimana diuraikan di atas, akhirnya Gito berhasil menumbuhkan lima belas pohon Durian Menoreh.
Baru pada tahun 2000, setelah tiga kali Gito memasuki gerbang yang menjanjikan. Pejabat pemerintah Kabupaten Kulon Progo, sebagaimana orang banyak, telah mendengar keberhasilan Gito. Dinas Pertanian dan Kehutanan langsung meneliti Durian Menoreh buah karya Gito. Hasilnya, buah durian diusulkan sebagai varietas durian unggul nasional. Pemerintah pusat kemudian menanggapinya.
Pada tanggal 8 Mei 2007 terbit surat keputusan Menteri Pertanian tentang ditetapkannya durian verietas Menoreh Kuning dan Jingga (Jambon) sebagai varietas unggulan nasional.
Keunggulan yang dimiliki Durian Menoreh:
1. Warna danging jingga atau kuning cerah.
2. Ukuran relatif lebih besar.
3. Aroma buah menusuk indra penciuman pembuka (pemakan).
4. Daging mudah dipisahkan dari biji.
5. Rasa manis.
Masa kerja Gito sampai terbitnya surat keputusan tersebut di atas adalah dua puluh (20) tahun (1987-2007). Kini, Gito telah mempekerjakan lima puluh orang warga desa. Semua bibit durian Gito bersertifikat dan baru siap untuk dijual setelah berusia 6-8 bulan.
Kiat Gito untuk mengatasinya:
1. Mengatur penyiraman dan pemupukan.
2. Secara teratur cabang pohon dipangkas, agar lebih mudah untuk memetik buahnya, antara November-Februari, kurang lebih 100 buah/pohon.
*****
Tanpa ada niat untuk melecehkan, Gito dan Ruwet adalah rakyat biasa, penduduk desa di Perbukitan Menoreh, Kulon Progo, Jogjakarta. Tetapi, mereka berdua telah dengan sangat rela mengorbankan energi mereka dalam jumlah yang sungguh sangat besar. Waktu, tenaga, pikiran dan perasaan mereka telah mereka persembahkan selama dua puluh tahun untuk mewujudkan kebenaran jawaban yang menggelitik tentang Durian Menoreh yang memiliki rasa enak.
Bukti tentang keberhasilan Gito, yang sangat mencengangkan, tertuang dalam surat keputusan Menteri Pertanian tentang ditetapkannya durian varietas Menoreh Kuning dan Jingga (Jambon) sebagai varietas unggulan nasional, pada 2007.
Di balik kekaguman dan kebanggaan kita atas prestasi nyata yang telah dicapai Gito dengan kerja keras, ulet dan optimis, mengganjal pertanyaan di benak.
Bukit Menoreh sudah ada sejak dahulu kala. Juga durian liar yang hidup di kawasan itu. Dalam lingkungan pemerintah Kabupaten Kulon Progo, ada Dinas Pertanian dan Kehutanan, yang salah satu tugasnya tentulah melakukan peneltian di bidang pertanian dan kehutanan demi perkembangan. Tetapi yang melakukan kegiatan itu adalah Gito dan Ruwet, petani ladang.
Timbul pertanyaan apa yang telah dilakukan Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Jogjakarta? Mengapa yang diteliti Durian Menoreh hasil karya Gito, bukannya Durian Menoreh liar sebagaimana dilakukan Gito jauh sebelumnya? Untuk digunakan sebagai apa energi yang dimiliki Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Jogjakarta, baik yang berbentuk bangunan kantor, peralatan, tenaga kerja maupun biaya operasional?
Imbangkah nilai hasil yng telah dicapai Dinas disbanding dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan, langsung atau tidak langsung? Apa sajakah hasil yang telah berhasil dicapai Dinas dan sudahkah hal itu dipublikasikan kepada para petani? Alasan pembenaran tentu ada, tetapi yang jelas, kalau ada masukan atau input tentu ada keluaran atau output, setelah masukan diproses.
Di bidang pertanian, hasil penelitian dan pengembangan Thailand sempat “membanjiri dan menghantui” pasaran buah di negeri tercinta ini। Apa sebabnya? Apa langkah antisipasi kita? Berapa banyak lembaga penelitian di bidang pertanian di negeri ini? Apa saja yang telah dihasilkan? Berapa banyak energi yang telah terbuang sia-sia? Mengapa kita masih lebih suka “bertinju daripada bersama-sama menyejahterakan warga bangsa? Apakah alasannya kita masih belajar?


BILA BERMANFAAT DAN TERTARIK SILAHKAN HBUNGI: M-SEED
Jl. Kaliurang KM 19 Pakem Jogja
CENTRAL Produksi dan Pemasaran Benih Bina dan Agro Konsultan
Spesifikasi: Durian Menoreh Jambon, Kuning, dan Legit
SK Mentan: No. 316&317/kpts/SR.120/5/2007
Proses Sertifikasi dari BPSB DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Phone:M-SEED
0813 1388 8479
e-mail  :  durianmenoreh@ymail.com
www   : durianmenoreh.com

Tidak ada komentar:

Pupuk Alami Lengkap - TOP D'WE - Yang cari banyak Petani dan Penggiat Hidup Sehat

Pupuk Alami Lengkap - TOP D'WE - Yang cari banyak Petani dan Penggiat Hidup Sehat Pupuk Organik Lengkap . . Sebagai penghobi tanam...